Kamis, 26 Februari 2009

Gambaran Wanita dalam hadis Isra’ dan Mi’raj

Imam Ali as berkata:
Saya dan Fathimah menghadap Rasulullah saw dan kami melihat beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu dan kami berkata kepada beliau: Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, apa yang membuat anda menangis tersedu-sedu? Rasulullah bersabda:
Wahai Ali pada malam mi'raj ketika aku pergi ke langit, aku melihat wanita wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih sehingga aku tidak mengenali mereka. Oleh karena itu, sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa mereka, aku menangis.
Kemudian beliau bersabda:
1. Aku melihat wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih.
2. Aku melihat wanita yang digantung dengan lidahnya dan air panas disiramkan ke dalam tenggorokannya.
3. Aku melihat wanita yang memakan daging badannya sendiri dan api menyala-nyala dari bawahnya.
4. Aku melihat wanita yang kedua kakinya diikat pada kedua tangannya dan dia dikerubuti oleh ular-ular dan kalajengking.
5. Aku melihat wanita yang digantung dengan kedua payudaranya.
6. Aku melihat wanita tuli, buta dan bisu, dan dia berada dalam keranda api, otak kepalanya keluar melalui hidungnya dan badannya terkena lepra dan belang-belang.
7. Aku melihat wanita yang digantung dengan kedua kakinya dan dia berada dalam pembakaran api.
8. Aku melihat wanita yang di gunting-gunting daging badannya, dengan gunting api dari depan ke belakang.
9. Aku melihat wanita yang wajah dan tangannya terbakar api dan dia dalam keadaan memakan usus-ususnya sendiri.
10. Aku melihat wanita yang berkepala babi dan berbadan keledai dan dia di siksa dengan ribuan azab dan siksa.
11. Aku melihat wanita yang berbentuk anjing dan api keluar dari bagian belakang badannya dan malaikat memukulinya dengan pukulan besi.
Kemudian Sayyidah Fathimah bertanya kepada ayahnya (Rasul saw):
Katakan kepada kami apa amal perbuatan wanita-wanita ini sehingga Allah swt menyiksanya dengan azab yang demikian?
Rasulullah saw bersabda:
Wanita yang digantung dengan rambutnya adalah wanita yang tidak mau menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki yang bukan mahram.
Wanita yang di gantung dengan lidahnya adalah wanita yang selalu menyakiti suaminya dengan mulutnya.
Adapun wanita yang memakan daging badannya sendiri adalah wanita yang mempercantik badannya untuk orang lain.
Sedangkan wanita yang digantung dengan kedua kakinya adalah wanita yang keluar rumah tanpa izin suaminya.
Adapun wanita yang digantung dengan kedua payudaranya adalah wanita yang menolak ajakan suaminya untuk berhubungan seks.
Wanita yang kedua kakinya di ikat pada kedua tangannya adalah wanita yang menggunakan air najis dan kotor untuk mencuci dan wudu dan wanita yang tidak menjaga kesucian dan najis, dan wanita yang memakai pakaian najis dan kotor serta wanita yang tidak mandi setelah selesai haid (menstruasi) dan junub dan wanita yang malas dalam melaksanakan salat.
Adapun wanita yang tuli, buta dan bisu adalah wanita yang melahirkan anak dari hasil zina dan menasabkan anaknya kepada suaminya.
Wanita yang di gunting-gunting muka dan badannya adalah wanita yang menjual dirinya kepada laki-laki.
Sedangkan wanita yang muka dan badannya dibakar dan memakan usus-ususnya sendiri adalah wanita perantara perbuatan yang menyalahi kehormatan dengan kata lain (germo) dan perantara zina dan yang semacamnya.
Wanita yang berwajah babi dan berbadan keledai adalah wanita pengadu domba dan pembohong.
Wanita yang berwajah anjing adalah wanita penyanyi dan hasut (dengki dan iri hati).
Saat itu Rasulullah saw bersabda:
Celakalah wanita yang menyakiti suaminya dan bahagialah wanita yang menyenangkan suaminya (suaminya rela dengannya)
by: infosyiah

50 Soal Kepada Imam Ali as

1- Bilangan berapakah yang dapat dibagi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9?

Imam Ali dalam keadaan menunggang kuda segera menjawab: “Kalikanlah hari-hari tahun dengan hari-hari minggu” ketika itu beliau as mengendalikan kudanya dan pergi.

Penjelasan ucapan Imam Ali as: Jika 360 (yang pada waktu itu masyhurnya adalah hari-hari tahun berjumlah 360) kita kalikan 7 (hari-hari minggu), maka hasil pengaliannya akan berjumlah 2520, yakni:

360 x 7 = 2520

Bilangan tersebut dapat dibagi 2 karena bilangan genap. Dapat dibagi 3 karena jumlah angka-angkanya akan berlipat 9 sementara bilangan 9 dapat dibagi 3, maka 2520 juga dapat dibagi 4 karena 20 yang adalah dua angka sebelah kanan bilangan dapat dibagi 4. Maka bilangan ini dapat dibagi 4 dan oleh karena bilangan ini diakhiri dengan 0 maka dapat juga dibagi 5 dan karena dapat dibagi 2 dan 3, maka dapt juga dibagi 6 dan karena bilangan tersebut adalah hasil pengkalian 360 x 7 maka dapat dibagi 7 dan karena tiga angka sebelah kanannya dapat dibagi 8, maka bilangan ini menerima pembagian angka 8 dan karena jumlah angka-angka ini adalah bilangan 9 maka dapat juga dibagi 9 dan karena diakhiri dengan 0 maka dapat dibagi 10.

[Rah-e Takamul (Jalan Kesempurnaan), jilid 2, hal 220, Ustad Ahmad Amin seorang ahli matematika terkenal di Iraq]

2- Siapakah orang yang melihat pada malam dan siang hari?

Amirul Mukminin Ali as dalam menjawab pertanyaan “Ibnu Kawwa’” berkata: Bertanyalah tentang hal yang bermanfaat bagimu dan janganlah engkau tanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang tidak banyak berfaedah. [Dari sebagian pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada Imam Ali as ini juga menunjukkan kemazluman ilmiah dan kultural beliau as, bagaimana lautan ilmu tersebut tertimpa musibah orang-orang seperti ini yang tidak menanyakan hal-hal bersifat ilmiah, permasalahan-permasalahan serius dan menyelesaikan problema selain teka-teki dan soal-soal yang ketinggalan zaman]

Imam Ali dengan terpaksa [mungkin dengan maksud seperti ini bahwa agar mereka tidak mengatakan beliau as tidak mampu menjawab soal tersebut] berkata: Yang melihat pada malam dan siang hari adalah seorang yang beriman kepada para nabi-nabi terdahulu dan semasa dengan Nabi Islam saw serta menerima agama beliau saw [wujud nyata ucapan beliau as adalah “Sharamah bin Abi Anas”] dan yang melihat pada siang hari adalah seorang yang tidak beriman kepada para nabi terdahulu, semasa dengan Nabi Islam saw dan beriman kepada beliau saw [yang mayoritas sahabat dan kaum Muslimin permulaan Islam adalah wujud nyatanya] dan yang melihat pada malam hari dan buta pada siang hari adalah seorang beriman kepada para nabi sebelumnya akan tetapi tidak menerima agama Islam [yang di antara wujud nyatanya adalah Umayyah bin Shalt].

[Qadha’ Amiril Mukminin as, Allamah Syusytar, hal 101 dan 102]

3- Putera manakah yang lebih besar dari ayahnya?

Beliau as menjawab: Ia adalah Uzair yang dihidupkan oleh Allah swt dan ia berusia 40 tahun sementara puteranya 110 tahun.

Keterangan: Ketika Uzair dengan kehendak Allah swt memejamkan mata untuk selamanya, ia berusia 40 tahun sementara puteranya ketika itu berusia 10 tahun dan setelah 100 tahun, Allah swt menghidupkannya kembali yang mana Uzair ketika itu sedikitpun tidak berbeda dari sisi jasmani dan raut muka dan berlalunya waktu tidak mempengaruhi badannya; oleh karena itu dari sisi dhahir puteranya lebih tua dan berusia 110 tahun akan tetapi sang ayahmenampakkan usia 40 tahun.

4- Berapakah ukuran diameter matahari?

Imam Ali as berkata: 900 mil dalam 900 mil.

Keterangan ucapan Imam Ali as: Jelas bahwa mil dalam Islam adalah 4000 dhira’[1] (kubik). Jika ukuran dhira’ tangan normal kita bandingkan dengan inci dan kita ganti 4000 dhira’ dengan inci dan setelah itu kita rubah dengan yard dan mil (dengan istilah Eropa) maka kita akan lihat 810.000 mil Islam sama dengan ukuran yang dikatakan oleh para ahli dalam bidang orbit yaitu diameter matahari sama dengan 865.380 mil ukuran Eropa dan 1760 yard.

[Rah-e Takamul, Ustad Amin, jilid 2, hal 235]

5- Dua bersaudara manakah yang terlahir dalam satu hari dan meninggal dunia pada hari yang sama akan tetapi usia salah satunya 50 tahun dan yang lain 150 tahun?!

Dalam menjawab pertanyaan ini Imam Ali as berkata: “Uzair dan saudaranya, Azrah” atau Aziz yang lahir pada hari yang sama dan Uzair meninggal dunia pada usia 100 sementara ketika ia kembali dihidupkan saudaranya sangat tua renta, namun ia masih berusia 50 tahun.

Catatan: Di dalam beberapa riwayat terjadi perbedaan pendapat apakah Uzair mengalami hal yang sangat menakjubkan ini pada usia 40 tahun atau pada 50 tahun? Yang tentu saja mana yang benar tidaklah penting dan yang menjadi kesepakatan umum dan ditegaskan oleh al-Quran adalah ia meninggal selama 100 tahun dan setelah itu dihidupkan kembali.

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) Telah roboh menutupi atapnya. dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri Ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, Kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu Telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan Lihatlah kepada keledai kamu (yang Telah menjadi tulang belulang); kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan kami bagi manusia; dan Lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, Kemudian kami menyusunnya kembali, Kemudian kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala Telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang Telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."[2]

6- Keadilan lebih baik atau kedermawanan?

Imam Ali as dalam menjawab pertanyaan ini berkata: “Keadilan” menempatkan hal-hal pada tempatnya, sementara kedermawanan mengambilnya keluar dari arah-arahnya; keadilan adalah pengurus umum sedang kedermawanan adalah manfaat khusus., maka keadilan lebih utama di antara keduanya.

[Nahjul Balaghah, hikmah 437]

7- Berapa tahunkah Ashabul Kahfi terlelap di gua?

Imam Ali as dalam menjawab pertanyaan seorang Yahudi berkata: 309 tahun (berdasarkan al-Quran). Orang Yahudi berkata: Kita mendapatkan dalam kitab kita 300 tahun. Imam Ali as berkata: Apa yang aku katakan adalah tahun Qamari (perhitungan perputaran bulan) dan apa yang engkau katakan adalah tahun Syamsi (perhitungan perputaran matahari).

Allamah Hasan Zadeh Amuli berkata: “Perbedaan tahun Syamsi dan Qamari dalam 300 tahun adalah 9 tahun dua bulan dan beberapa hari yang biasanya jika penyebutan pecahan tidak berarti maka akan dijatuhkan. Dan perhitungan seperti ini adalah benar dalam ukuran perbedaan tahun Syamsi dan Qamari dalam 300 tahun…”

[Hezar Va Yek Nukteh (Seribu Satu Poin), hal 363]

8- Manakah tempat yang tidak memiliki kiblat?

Di dalam Ka’bah.

9- Manakah tempat terbaik dan paling suci yang shalat di atas atapnya tidak dianjurkan?

Ka’bah.
Keterangan: Imam Khumeini ra dalam hal ini berfatwa: “Makruh shalat wajib di dalam rumah Ka’bah dan di atas atapnya akan tetapi dalam kondisi terpaksa tidak ada halangan.” [Masalah 891]

Ayatullah Araki, Ayatullah Gulbaigani dan Ayatullah Fadhil Lankarani berkata: “Ihtiyath wajib adalah tidak mendirikan shalat wajib di dalam rumah Ka’bah dan di atas atapnya akan tetapi dalam kondisi terpaksa tidak ada isykal (tidak apa-apa).”

Ayatullah Khu’i dan Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi berfatwa: “Ihtiyath wajib adalah tidak mendirikan shalat wajib di atas atap rumah Ka’bah dalam kondisi ikhtiar (tidak terpaksa) akan tetapi shalat sunnah tidak apa-apa bahkan disunnahkan mendirikan shalat dua rakaat di dalam rumah Ka’bah di hadapan setiap sudutnya akan tetapi shalat di atas atap Ka,bah –baik shalat wajib atau sunnah- terdapat isykal.”

[Silahkan merujuk: (Taudhihul Masail-e Maraji’)]

10- Apakah yang tidak diketahui oleh Allah swt?

Ucapan Yahudi yang mengatakan “Uzair putera Allah” dan Allah swt tidak memiliki putera dan ucapan ini tidak dibenarkan oleh Allah swt.

11- Apa yang tidak dimiliki oleh Allah swt?

Sekutu.

12- Apa yang tidak ada di sisi Allah swt?

Kezaliman terhadap hamba.

13- Apakah yang lebih besar dari langit?

Tuduhan terhadap orang yang tidak berdosa.

14- Apakah yang lebih luas dari bumi?

Kebenaran.

15- Apakah yang lebih dingin dari zamharir (dingin yang luar biasa)?

Kebutuhan seorang kepada orang yang bakhil.

16- Apakah yang lebih kaya dari laut?

Perut yang qana’ah (merasa cukup dengan hal yang sedikit).

17- Apakah yang lebih keras dari batu?

Hati orang kafir.

18- Apakah yang dimiliki oleh manusia akan tetapi tidak dimiliki oleh Allah swt?

Istri dan anak.

19- Apakah yang selalu berkurang akan tetapi tidak dapat bertambah?

Umur manusia.

20- Apakah yang selalu bertambah akan tetapi tidak berkurang?

Air laut.

21- Apakah yang selalu bertambah dan berkurang?

Bulatan dan cahaya bulan.

22- Apakah yang dari setiap penjurunya adalah mulut?

Api.

23- Apakah yang seluruhnya adalah “kaki”?

Air.

24- Apakah yang seluruhnya adalah “mata”?

Matahari.

25- Apakah yang sama dengan buah-buahan surga?

Al-Quran (karena setiap kali kita memanfaatkannya dan menggunakannya, ia tidak akan berkurang dan selalu memberikan kenikmatan kepada manusia dan senantiasa baru dan segar)

26- Siapakah orang yang tidak mengharapkan surga Allah swt?

Orang yang tergolong dari auliya’ (wali-wali) Allah swt yang beribadah kepada Allah swt tanpa mengharap surga dan takut neraka.

27- Apakah yang seluruhnya adalah “sayap”?

Angin.

28- Apakah yang tidak memiliki ruh akan tetapi menghembuskan nafas?

Subuh

Ëxö6Á9$#ur #sŒÎ) }§¤ÿuZs?

“Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing” [QS. At-Takwir (81): 18]

29- Siapakah yang di dalam shalatnya tidak rukuk dan sujud?

Seorang yang sedang mendirikan “shalat mayit”.

30- Siapakah yang mencintai “fitnah”?

Seorang yang mencintai harta benda dan anak-anaknya. (Sebagaimana diungkapkan dalam surat al-Anfal (8) ayat 28 mengenai mereka hal tersebut sebagai “fitnah atau ujian dan cobaan” dan bukan maksud artinya yang masyhur (kerusakan), dan Imam Ali as memperkenalkan orang tersebut dari kalangan wali-wali Allah swt.

[Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 2, hal 399, cetakan Doktor Yusuf Al-Baqa’i, Beirut]

31- Siapakah yang mendirikan shalat tanpa wudhu dan shalatnya sah?

Orang yang mendirikan shalat mayit.

32- Siapakah yang tidak berayah dan terlahir dengan mukjizat?

Nabi Isa as.

33- Siapakah orang yang tidak memiliki sanak keluarga sama sekali?

Nabi Adam as.

34- Pohon apakah yang pertama kali tumbuh di muka bumi?

Pohon kurma (Nabi Adam as membawa pohon kurma tersebut dari surga).

35- Apakah sumber air pertama bumi?

Sumber air kehidupan (Nabi Khidhir as meminum darinya dan memperoleh kehidupan kekal).

36- Apakah tiga hal yang tidak ada empatnya?

Talaq (karena dalam Islam seorang wanita tidak dapat ditalaq atau cerai lebih dari tiga kali secara beruntun dan setelah kali ketiga tidak dapat menikah dengan wanita tersebut kecuali wanita tersebut menikah dengan laki-laki lain dan ketika ditalaq maka wanita itu dapat menikah dengan suami sebelumnya).

37- Apakah yang pada masa hidupnya minum dan matinya makan?

Tongkat nabi Musa as (ketika masih berbentuk ranting di atas pohon minum atau menyerap air dan ketika menjadi tongkat nabi Musa as melahap atau makan ular-ular para tukang sihir istana Fir’aun).

38- Apakah perbedaan kebenaran dan kebatilan?

Empat jari (ditanyakan kepada Imam Ali as, apakah arti ucapan ini? Imam Ali as menyodorkan jari-jari dan mengangkatnya kemudian meletakkannya di antara telinga dan mata, kemudian berkata: Kebatilan adalah yang engkau katakan aku telah mendengar dan kebenaran adalah yang engkau katakan aku telah melihat).

[Nahjul Balaghah, khutbah 141]

39- Bagaimanakah rasa air?

Seperti rasa kehidupan.

[Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 2, hal 426]

40- Siapakah orang berakal?

Orang yang berakal adalah yang meletakkan segala sesuatu pada tempatya…

[Nahjul Balaghah, hikmah 235]

41- Kuburan manakah yang menggerakkan isinya (kuburan berjalan)?

Perut ikan yang memenjarakan dan menimpa nabi Yunus as.

42- Utusan dan rasul apakah yang tidak tergolong dari bangsa jin, manusia, malaikat dan setan?

Burung Hud-hud nabi Sulaiman as (yang diutus sebagai delegasi dan pembawa surat nabi Sulaiman ke arah Yaman).

43- Berapakah jarak antara masyriq (arah matahari terbit atau timur) dan maghrib (arah matahari tenggelam atau barat)?

Perjalanan sehari matahari. (Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa matahari dengan tata suryanya bergerak ke arah bintang Vega dengan kecepatan 20 kilometer perdetik secara spiral).

[Rah-e Takamul, jilid 2, hal 234]

44- Bagaimana Allah swt akan menghakimi hamba-hamba-Nya yang banyak ini?

Sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada mereka semua.

45- Kapankah yang tidak termasuk siang dan malam hari?

Satu jam sebelum matahari terbit.

46- Apakah gembok dan kunci langit?

Gembok langit adalah menyekutukan Allah swt dan kuncinya adalah La Ilaha Illallah (Tiada tuhan selain Allah).

47- Daratan manakah yang disinari oleh matahari hanya sekejap?

Daratan yang muncul sekejap di sungai Nil (di Mesir) dan kaum nabi Musa as melaluinya.

[Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 2, hal 426]

48- Apakah yang memperingatkan pasukannya untuk mundur akan tetapi bukan bangsa manusia dan juga bukan jin?

Semut (ketika melihat pasukan nabi Sulaiman as datang, ia menginstruksikan supaya pasukannya mundur dari tempat yang akan dilalui oleh tentara nabi Sulaiman as).

49- Siapakah yang memakan bangkai?

Orang yang memakan ikan dan belalang.

50- Siapakah yang memakan darah (pemakan darah)?

Orang yang memakan hati.

Catatan: Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang tidak disebutkan reverensinya berasal dari kitab yang sangat berharga Allamah Syusytari pengarang “Qamus Ar-Rijal” yang dicetak di percetakan Haidariyyah dengan judul “Qadha’ Amiril Mukminin as”. Dan demikian juga layak untuk disebutkan bahwa Imam Ali as memberikan jawaban soal-soal tersebut berdasarkan tingkatan pemikiran masyarakat yang jika seseorang ingin mentelaah pada sebagiannya dengan kejelian rasional, maka menimbulkan pertanyaan akan tetapi berdasarkan tingkatan umum maka hal tersebut harus diperhatikan.

Tawadu (Rendah Hati)

Tawadu adalah pangkal segala kemuliaan yang berharga dan derajat yang tinggi. Jika tawadu itu memiliki bahasa yang dapat dipahami makhluk, maka dia akan menjelaskan hakikat-hakikat dari hal-hal yang tersembunyi dari segala akibat suatu perkara. Tawadu itu sesuatu yang dilakukan karena ALLAH SWT dan di jalan ALLAH. Adapun selainnya berarti kesombongan.
Barangsiapa yang tawadu karena ALLAH, maka ALLAH akan memuliakannya di antara sebagian hamba-NYA. Salah seorang dari ulama ditanya tentang tawadu? Dia menjawab, " Tawadu itu tunduk dan patuh pada kebenaran, meskipun dia mendengarnya dari anak kecil.
Takabur dalam berbagai hal mencegah seseorang untuk mengambil manfaat dar ilmu, menerimanya dan mengikutinya. Ada beberapa ayat yang mencela orang-orang takabur. Ahli tawadu memeliki tanda-tanda khusus yang hanya dikenali oleh penghuni langit dari kalangan malaikat dan penghuni bumi seperti dari kalangan ahli makrifat.
Allah SWT berfirman, dan di atas A'raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari tanda-tanda mereka (QS. Al A'raf: 46).
Tawadu adalah ladang kekhusyukan, ketundukan , rasa takut dan malu. Kesemuanya itu tidak akan tumbuh kecuali dari dan dalam tawadu. Kemuliaan dalam makna yang sempurna dan hakiki tidak akan diraih kecuali dengan tawadu di hadapan Dzat ALLAH SWT.

Rabu, 25 Februari 2009

Dengan Rahmat-MU Kaukuakkan Fajar Ketiadaan

Konon, bahkan belum ada ruang maupun waktu apa - pun. Zat - Nya sendiri. Ia - pun sedih karena kesendirian - Nya. Tapi karena Zat - Nya adalah Wujud Mutlak Tiada Berbatas. Benar- benar tak ada apa - pun selain Zat - Nya.

Pembatas dari Zat - Nya adalah ketiadaan mutlak. Dan sungguh ketiadaan mutlak benar - benar tak punya bahkan potensi apa-pun untuk membatasi dalam arti apa-pun.

Maka Ia menyaksikan ke-Esa-an Wujud - Nya dengan Wujud - Nya sendiri. Dan bukankah Ia disebut sebagai Yaa Munfarid.

Maka dengan Kelembutan - Nya, didengarlah potensi - potensi yang maha tersembunyi dalam palung - palung tergelap ketiadaan. Itulah doa-doa diam kita yang masih merintih - rintih dalam ketiadaan. Dalam kegelapan.

Siapakah yang merintih, siapakah yang berdoa, siapakah potensi - potensi itu? Tiada lain adalah Nama - Nama dari diri - Nya sendiri yang merintih kesakitan, kerna ingin dikenali. Sebagian orang menyebutnya sebagai a’yaanuts-tsaabit (bakat-bakat yang tetap). Sebagian orang menyebutnya sebagai Idea. Sebagian orang menyebutnya sebagai archetype.

Nama-Nama, a’yaanuts-tsaabit, idea, archetype, tidak mempunyai Wujud Mutlak. Maka, Ia dengan Wujud-Nya mengecup Nama-Nama - Nya sendiri, kun fayakun. Jadilah, maka jadilah ia.

Maka dikatakan dalam sebuah hadits qudsi, “Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku ingin dikenali. Karena itu Aku ciptakan makhluk-makhluk, agar aku dikenali di dalam makhluk-makhluk tersebut.”

Maha Suci Zat-Nya dari semua apa yang kita sifatkan! Makhluk - nya tidaklah ‘ada’ melainkan hanya bak bayangan fatamorgana. Makhluk - nya, - apakah ruang, waktu dan segala alam yang maujud-, hanyalah khayalan. Hanyalah Nama - Nama dari Zat yang Satu.

Wahai Yang Maha Sendiri dalam Ke-Tunggalan-Nya, telah kaudengarkan doa-doa diam kami dalam ketiadaan dan kausentuh kami dalam ketiadaan dengan Wujud - Mu Yang Maha Cantik. Maka, kini ke-Cantik-an dan ke-Indah-an Wujud - Mu mengalir, dan dadaku dipenuhi airmata darah kerinduan atas Wujud - Mu. Wahai Yang Maha Ada, kaucicipkan manisnya Wujud-Mu pada ‘bayangan ketiadaan’ ini, maka apatah setrilyun lidahku yang tertekuk mampu mengungkap manisnya Syukurku, sedangkan Engkau sendirilah Yaa Syakuur.

Maka ada - lah berjuta hikmah yang terlantunkan dari doa Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib (k.w.), Allohumma yaa man dala’a lisaanash-shobaahi bi nuthqi tabaljih. Wa saro’a qitho’al-lailil-muzhlimi bighoyaahibi talajlujih. Wa atqona sun’al falaqid dawwaari fiya maqoodiiri tabarrujih, wasya’sya’a dhiyaa`asy-syamsi binuuri ta`ajjujih. Yaa man dalla ‘ala dzaatihi bidzaatihi,..... (Doa Ash-Shobah). Diumpamakan dalam doa ini betapa Ia memotong-motong kegelapan malam (baca ; ketiadaan), dan menggantinya dengan terangnya matahari (baca; Cahaya Wujud-Nya), membuat segala yang ada Gemilang dalam Samudra Wujud-Nya, Samudra Ke-Tunggalan Zat-Nya.

Subhanallooh, Yaa Allah , dengan Rahmat - Mu telah kaukuakkan fajar ketiadaan ke dalam Kegemilangan Kesempurnaan Zat-Mu Yang Esa. Kasihanilah tetesan airmata hambamu, - bayangan ketiadaan yang telah kaukasihani ini-, dan rahmatilah ia menuju menatap Wajah - Mu Yang Esa.

Kasihanilah hambamu yang mahamiskin dan mahahina ini, - yang bahkan tak mempunyai wujudnya sendiri ini-, Duhai Pemilik Segenap Keindahan dan Kemuliaan. Dengan berkah Sholawat pada Muhammad dan keluarganya.

wallahu a’lam bish-showwab

Selasa, 24 Februari 2009

Fadhilah Menangis

Menangis dan meratap karena takut kepada ALLAH mengandung fadhilah yang besar. Seperti disebutkan dalam hadis di atas bahwa ALLAH akan membangun seribu gedung di surga untuk setiap tetesan air mata.
Syaikh ash-Shaduq ra meriwayatkan dengan sanadnya yang bersambung sampai ke Imam ash-Shadiq as dari para leluhurnya hingga Rosul Mulia saw. Dalam sebuah hadis beliau bersabda,
"Orang yang matanya menangis karena takut kepada Allah, dia akan dikarunia untuk setiap air matanya sebuah istana surga yang berhiaskan batu permata dan mutiara. Di dalamnya terdapat hal-hal yang belum pernah terlihat oleh mata, yang belum pernah terdengar oleh telinga, dan yang belum pernah terbayang oleh hati."
Rosulullah saw juga bersabda, " Segala sesuatu memiliki persamaannya kecuali (tiga hal): Allah Dzat tidak memiliki persamaan, (kalimat) "Tidak ada Tuhan kecuali Allah", dan tetesan air mata karena takut kepada Allah juga tidak memiliki tandingan, karena wajah yang dialiri air mata tidak akan pernah tertutup kehinaan.
Dalam 'Uyun al-akhbar diriwayatkan dari Hasan Ibn Ali al-'Askary yang mengambil dari para leluhurnya bahwa Imam Ja'far ash-Shadiq berkata,"Akibat berbagai dosa jarak antara seorang dan surga bisa lebih jauh dari jarak antara bumi dan 'Arsy, sampai ia menangis karena takut kepada ALLAH dan menyesali semua dosanya. Setelah itu, jadilah jarak antara dia dan surga lebih dekat dari jarak antara bulu mata dan mata.
Dalam al-Kafi diriwayatkan dari Imam Ash-Shadiq as bahwa, "Segala sesuatu memiliki bobot dan ukuran kecuali air mata, karena air mata cukup untuk memadamkan lautan api." Beliau bersabda," Jika ada satu umat yang menangis (karena takut kepada ALLAH), maka semua anggota umat itu akan menerima rahmat ALLAH." Banyak sekali hadis yang memuat tema seperti ini.

Mempersiapkan Diri untuk Akherat dan Mengikuti Perintah Allah

Hidup di dunia ini hanya dikatakan singgah sebentar atau peribahasa Jawa mengatakan "urip iku mung mampir ngombe". Maknanya hidup di dunia ini hanya sebentar. Saking sebentarnya diibaratkan seperti hanya mampir untuk minum saja. Sayang waktu yang sesaat itu tidak diisi dengan mengumpulkan bekal bagi perjalanan yang lebih panjang dan kekal di akherat nanti. Imam Ali bin Abi Thalib memberi nasehat pada kita tentang mempersiapkan diri untuk akherat seperti berikut:
Allah mengetahui hal-hal yang tersembunyi dan memahami perasaan-perasaan batin. la meliputi segala sesuatu. la menaklukkan segala sesuatu dan menguasai segala sesuatu. Hendaklah setiap orang di antara Anda sekalian mengerjakan apa yang harus dilakukannya selama hari-hari kehidupannya sebelum datangnya maut, selagi hari luangnya sebelum hari sibuk, selagi bernafas sebelum terburu oleh kelemasan, hendaklah ia menyediakan bagi dirinya dan untuk perjalanannya, dan mengumpul bekal dari tempat persinggahannya untuk tempat kediamannya. Maka ingatlah akan Allah, wahai manusia, tentang apa yang telah la minta kepada Anda dalam Kitab-Nya untuk diperhatikan, dan tentang hak-hak-Nya yang telah la amanatkan kepada Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci tidak menciptakan Anda dengan sia-sia dan tidak meninggalkan Anda tanpa kendali, dan tidak pula membiarkan Anda dalam kejahilan dan kegelapan. la telah membataskan apa yang harus Anda tinggalkan, mengajarkan kepada Anda tentang amal perbuatan Anda, menetapkan ajal Anda, me-nurunkan kepada Anda Al-Qur'an yang menerangkan segala sesuatu, dan membuat Nabi-Nya hidup di kalangan Anda selama waktu panjang sampai la menyelesaikan baginya dan bagi Anda pesan yang dikirimkan melalui Al-Qur'an, yakni agama yang diridai-Nya, dan menjelaskan melalui beliau perbuatan baik dan perbuatan buruknya, larangan-larangan dan perintah-perintah-Nya.
la telah menyampaikan argumen-argumen dan alasan-alasannya pada Anda. la mengajukan kepada Anda janji-janji-Nya dan memperingatkan Anda akan hukuman yang keras. Karena itu maka Anda harus memperbaiki diri selama hari-hari sisa Anda dan berlaku sabarlah di hari-hari ini. Hari-hari ini lebih sedikit dibandingkan dengan banyak hari di mana Anda telah menunjukkan kelalaian dan ketidakpedulian terhadap peringatan. Jangan biarkan waktu menguasai diri Anda, karena ia akan menempatkan Anda di jalan orang-orang zalim dan janganlah (hidup) seenaknya karena ini akan mendorong Anda kepada dosa.
Wahai hamba Allah! Penasihat yang terbaik bagi dirinya sendiri ialah orang yang paling taat kepada Allah. Tertipulah orang yang menipu dirinya sendiri. Diirilah orang yang keimanannya selamat. Beruntunglah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain, dan celakalah orang yang menjadi mangsa hawa nafsunya. Hendaklah Anda ketahui bahwa kemunafikan yang paling kecil pun adalah seperti syirik, dan berkawan dengan orang yang mengikuti hawa nafsunya adalah kunci kepada kelalaian agama, dan adalah tempat kedudukan iblis.
Berjaga-jagalah terhadap kepalsuan (dusta) karena kepalsuan bertentangan dengan keimanan. Orang yang jujur berada di ketinggian penyelamatan dan khormatan, sedang si pembohong berada di tepi kehinaan dan kenistaan. Janganlah menaruh iri hati, karena iri hati memakan iman sebagaimana api menelan kayu kering. Jangaplah mendengki, karena dengki adalah pengikis (kebajikan). Dan ketahuilah bahwa hawa nafsu melalaikan akal, mengubah ingatan menjadi lalai. Anda harus membatilkan hawa nafsu karena ia merupakan tipuan, dan orang yang dikuasai hawa nafsu berada dalam tipuan. •

Senin, 23 Februari 2009

Doa yang diijabah mengikuti harapan sejati

Nabi saw bersabda:

ادعوا الله وانتم موقنون بالاجابة
“Berdoalah kepada Allah, dan kalian meyakini ijabah-Nya.”(kitab ‘Uddatud da’i)
Rasulullah saw bersabda dalam hadis qudsi:
أنا عند ظن عبدي بي، فلا يظن بي إلا خيرا

“Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku, maka janganlah ia berprasangka pada-Ku kecuali kebaikan.”
Allamah Thabathaba’i mengatakan: Dua hadis tersebut menjelaskan bahwa doa yang disertai putus asa atau keraguan, maka pada hakikatnya itu bukan doa. Karena yang menghalangi doa adalah sesuatu yang tidak ada, yakni sesuatu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki.
Rasulullah saw bersabda:
إفزعوا إلى الله في حوائجكم، والجأوا إليه في ملماتكم، وتضرعوا إليه وادعوه، فإن الدعاء مخ العبادة، وما من مؤمن يدعو الله الا استجاب فإما أن يعجله له في الدنيا أو يؤجل له في الآخرة، واما أن يكفر له من ذنوبه بقدر ما دعا ما لم يدع بمأثم
“Berlindunglah kepada Allah dalam hajat-hajatmu dan mohonlah pejagaan kepada Allah dalam bahaya-bahayamu, rendahkan dirimu kepada-Nya dan berdoalah kepada-Nya, karena sesungguhnya doa adalah inti ibadah. Tidak ada seorangpun mukmin yang berdoa kepada Allah kecuali Dia mengijabah doanya; Dia mensegerakannya di dunia atau menundanya di akhirat, mengampuni dosa-dosanya sesuai dengan kadar doanya walaupun ia tidak memohon ampunan dosa.” .(kitab ‘Uddatud da’i)
Dalam wasiat kepada puteranya Al-Husein (sa) Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
ثم جعل في يديك مفاتيح خزائنه بما اذن لك فيه من مسألته فمتى شئت استفتحت بالدعاء أبواب نعمه واستمطرت شئابيب رحمته، فلا يقنطنك إبطاء إجابته، فإن العطية على قدر النية، وربما اخرت عنك الاجابة ليكون ذلك أعظم لاجر السائل، واجزل لعطاء الامل، وربما سألت الشئ فلا تؤتاه واوتيت خيرا منه عاجلا أو آجلا أو صرف عنك لما هو خير لك، فلرب أمر قد طلبته فيه هلاك دينك لو أوتيته، فلتكن مسألتك فيما يبقى لك جماله، وينفي عنك وباله، والمال لا يبقى لك ولا تبقي له
“Kemudian Allah menjadikan di tanganmu kunci-kunci khazanah-Nya dengan permohonan yang telah Dia izinkan bagimu. Kapan saja kamu inginkan, mohonlah dibukakan pintu-pintu nikmat-Nya dengan doa dan mohonlah curahan rahmat-Nya. Janganlah penundaan ijabah-Nya menjadikanmu putus asa, karena sesungguhnya pemberian-Nya sesuai dengan kadar niat. Kadang-kadang ijabah-Nya diakhirkan bagimu, ia menjadi pahala yang lebih besar bagi orang yang bermohon dan menjadi pemberian yang lebih banyak bagi yang menginginkan. Kadang-kadang kamu memohon sesuatu lalu kamu tidak diberi atau diberi sesuatu yang lebih baik darinya, cepat atau lambat; atau pemberian itu dibelokkan darimu karena itu lebih baik bagimu. Betapa banyak urusan yang kamu harapkan, di dalamnya terdapat sesuatu yang merusak agamamu sekiranya itu diberikan padamu. Maka hendaknya kamu memohon sesuatu yang keindahannya abadi bagimu dan bahayanya dijauhkan darimu. Harta itu tidak kekal bagimu dan kamu tidak kekal bersamanya.” (Nahjul Balaghah)
Allamah Thabathaba’i mengatakan:
Maksud ucapan Imam Ali (sa): “Sesungguhnya pemberian-Nya sesuai dengan kadar niat”, adalah ijabahnya doa saling bersesuaian dengan doa; permohonan kepada Allah sesuai dengan apa yang diyakini oleh batin orang yang berdoa dan yang diungkapkan oleh hatinya. Inilah permohonan yang diberi oleh Allah swt, bukan permohonan yang diungkapkan oleh lisan dan dirangkai dalam kata-kata. Karena ungkapan lisan kadangkala tidak sesuai dengan bahasa nurani dan fitrah. Ucapan Imam Ali (sa), mengandung nilai sastra yang tinggi, struktur bahasanya sangat indah, dan kalimatnya mencakup keterangan tentang hubungan antara doa dan ijabah.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) menjelaskan beberapa hal yang secara lahiriyah seolah-olah menunjukkan tidak adanya kesesuaian antara doa dan ijabah. Misalnya tentang penundaan ijabah, penggantian sesuatu yang dimohon di dunia dengan sesuatu yang lebih baik di dunia, atau dengan sesuatu yang lebih baik di akhirat, atau dengan pengalihan sesuatu yang dimohon pada sesuatu yang lain yang lebih maslahat bagi keadaan pemohon. Karena, kadang-kadang orang yang memohon kenikmatan yang menentramkan, justru kenikmatan itu tidak menentramkan baginya jika segera diberikan, karena itu ijabahnya ditunda.
Jika demikian, maka orang yang memohon kenikmatan itu, pada hakikatnya ia memohon ijabah doanya ditunda. Demikian juga seorang mukmin yang memperhatikan urusan agamanya, jika ia memohon sesuatu yang di dalam mengandung hal yang merusak agamanya sementara ia belum mengetahuinya dan mengira bahwa sesuatu itu membahagiakan dirinya, padahal kebahagiaanya adalah di akhirat. Maka, pada hakikatnya ia memohon kebahagiaan di akhirat, bukan di dunia, sehingga permohonannya diberikan di akhirat, tidak di dunia.
Disarikan dari Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i, jilid 2: 37-38.